Sales Inspirasi : PERSEPSI MEMPENGARUHI HASIL

Keberhasilan seorang penjual kadang bukan hanya dipengaruhi oleh faktor kemampuan atau keahilian yang dimiliki. Kemampuan seorang penjual kadang dipengaruhi oleh apa yang ditaruh dalam pikirannya sebelum mereka melakukan aktivitas seperti menelpon prospek atau bertemu. Maksudnya bagaimana tentang sesuatu yang dipasang sebelum bertemu?

Dalam training sales (pelatihan penjualan) sering sekali saya sharing perkataan yang dikatakan oleh Zig ziglar adalah seorang Top Sales Trainer dan Motivator dunia pernah mengatakan,” kegagalan seorang sales bukan saat bertemu customernya, kegagalan seorang sales biasanya terjadi saat perjalanan dari tempatnya menuju ke tempat customernya,” maksudnya bagaimana?

Artinya begini, kadang dipikiran manusia suka berpikir aneh-aneh. Padahal belum bertemu dengan customernya. Kadang muncul pikiran “Sepertinya orang tersebut tidak mau beli” atau berpikiran “Sepertinya orang itu galak” waduh, padahal anda belun ketemu tetapi pikiran kita sudah ngawur duluan. Dalam pelatihan penjualan ( training sales ) yang saya adakan, saya sering sekali sharing mengenai hal ini. Tentang menelpon prospek. Pasti ada beberapa orang dari peserta saya pernah mengalami saat menelpon calon customer belum apa-apa anda sudah berpikir orang itu galak pasti. Saya pasti ditolak. Saat anda bel orang tersebut malah jangan-jangan mengatakan dalam hati “jangan diangkat, semoga nga diangkat, jangan diangkat.” Bila anda tertawa membaca ini pasti anda pernah mengalami hal tersebut, Benarkan? Hahahaha

Saya pernah mengalami sebuah pengalaman yang menarik. Waktu itu saya sudah jadi General Manager disebuah perusahaan IT. Saat itu ada seorang supervisor saya yang datang kepada saya sambil begitu gusar dan kesel. Dia mengatakan bahwa salah seorang salesnya tidak menelpon customer yang diminta. Dan setiap ditanya oleh supervisornya, dia mengatakan bahwa sudah menelpon dan tidak diangkat. Sampai suatu ketika supervisornya tidak sabar dan dia menelpon langsung dan diangkat oleh customer tersebut. Dan dia kaget, kok dia bel dan diangkat. Lalu dia tanya apakah salesman dia menelpon atau tidak? Dijawab jarang. Supervisor ini begitu kesal kok bisa-bisanya sales ini mengatakan tidak diangkat padahal kalau dia yang telepon diangkat. Dan ini sama-sama memakai telepon kantor padahal. Kemudian supervisor ini laporan kepada saya. Lalu saya panggil salesman itu. Dan salesman itu mengatakan bahwa dia menelpon tetapi nga diangkat. Ketika dia mengatakan itu, supervisornya mengatakan “Dia bohong Pak. Pasti bohong.” Saya tidak mau berdebat karena hal itu, saya meyakini pasti ada sesuatu diproses pemikiran dia. Dan Waktu itu saya sudah mendalami Neuro linguistic programming dimana saya harus mencari apa strategi dikepalanya yang membuat dia tidak menelpon. Saya bertanya kepadanya

“Ceritakan kepada saya, apakah anda menelpon customer tersebut?”

Dia jawab, “Iya Pak, saya bel. Ketika tidak diangkat maka saya bel lain waktu lagi.”

“Maksudnya lain waktu, lain waktu itu kapan?”

“ Ya bisa 2 minggu lagi,” jawabnya.

Saya kaget kok bisa-bisanya dia menelpon 2 minggu lagi. Lalu saya tanya, “Apa yang terlintas dipikiranmu saat kamu telepon dan tidak diangkat dan kamu memutuskan untuk telepon 2 minggu lagi?”

Dia menjawab, “yang terlintas dipikiran saya adalah orang itu pasti terkena musibah.”

Degh saya kaget. Ooo pantes dia bel 2 minggu lagi karena dianggap orang terkena musibah. Lalu saya tanya pertanyaan sama ke supervisornya. “Kalau kamu bagaimana ketika menelpon dia tidak angkat?” Dia jawab “kalau saya sih menganggap orang itu sibuk.” Ahhhh pantes. Makanya supervisornya bisa langsung menelpon lagi. Bila kita pikir orang itu sibuk maka kita akan telepon lagi tapi bila kita pikir orang itu kena musibah maka wajar dia akan menelpon bisa 2 minggu lagi.

Apa yang bisa saya simpulkan atas kejadian ini, ini yang saya sering sharingkan saat di training sales ( pelatihan sales )  dan training negosiasi ( pelatihan negosiasi ) yaitu sebelum menelpon, pikirkan hal-hal yang berguna yang pastinya akan membantu anda untuk mencapai tujuan anda dan juga cara mengelola bagaimana pikiran tersebut diarahkan.

Bagaimana dengan anda?

Oleh :  Antonius Arif

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *