Pernahkah Anda berpikir mengapa program coaching di organisasi tidak berjalan sebagaimana mestinya? Anda sudah melatih mereka, menyampaikan materi coaching, tetapi mengapa orang-orang bertindak seolah-olah tidak ada yang dilakukan? Kesalahan besar yang dilakukan sebagian besar organisasi adalah berasumsi bahwa setelah pelatihan selesai, semuanya akan berjalan secara otomatis. Padahal, pengembangan keterampilan ini tidak dapat berjalan tanpa dukungan sistem yang memadai.
Mengapa Program Coaching Sering Gagal?
Bayangkan sebuah perusahaan meluncurkan program pengembangan untuk para pemimpinnya. Pelatihan telah lengkap, mulai dari teknik dasar hingga metode pengembangan tim yang lebih canggih. Namun, setelah pelatihan selesai, tidak ada perubahan yang signifikan. Seringkali, hal ini terjadi karena tidak ada sistem pendukung yang kuat untuk menjadikannya bagian dari budaya yang berkelanjutan. Tanpa sistem tersebut, kegiatan ini hanya menjadi kegiatan ad hoc tanpa pengaruh yang berarti.
Langkah-Langkah Membangun Budaya Coaching di Organisasi
Agar hal ini terjadi, ada beberapa hal yang perlu dilakukan untuk memastikan program pembinaan menjadi bagian dari budaya organisasi. Dukungan harus datang dari berbagai arah, terutama dari manajemen puncak. Faktanya, banyak yang mengira bahwa dukungan hanya sebatas anggaran untuk pelatihan. Lebih dari itu, manajemen harus terlibat dengan memantau proses dan mendukungnya secara langsung. Dukungan tersebut seharusnya tidak hanya berupa dana, tetapi juga fasilitas fisik dan waktu yang memadai bagi para pemimpin untuk menerapkannya dalam pekerjaan sehari-hari mereka.
Sebagai contoh, sebuah perusahaan besar yang memiliki visi untuk membangun budaya ini memutuskan untuk memasukkannya ke dalam penilaian kinerja para manajernya. Mereka melatih, mendidik, dan mengembangkan para manajer perusahaan menjadi pembimbing. Bahkan, mereka membangun sistem pengukuran dan evaluasi yang terintegrasi ke dalam program penilaian kinerja manajer. Setiap manajer diharuskan melaporkan progres yang telah mereka lakukan dengan tim mereka, dan ini menjadi bagian dari penilaian KPI mereka. Hasilnya? Program ini tidak lagi dianggap sebagai tanggung jawab tambahan, tetapi sebagai bagian integral dari pekerjaan sehari-hari yang harus dilakukan.
Menyediakan Dukungan Sistem dan Sumber Daya yang Tepat
Kemudian, ada penyediaan sumber daya yang tepat untuk aktivitas ini. Misalnya, apakah ada pengawasan atau bimbingan untuk membantu para manajer ketika mereka merasa kesulitan dalam menerapkannya? Apakah ada sistem yang memungkinkan mereka berkonsultasi atau belajar satu sama lain terkait pengembangan tim? Tanpa dukungan semacam ini, para manajer sering kali kebingungan dan kembali ke kebiasaan lama mereka yang hanya memerintah dan mengendalikan, bukan mengembangkan dan memberdayakan.
Mengintegrasikan Pembinaan dalam Interaksi Sehari-hari
Selain itu, sangat sedikit orang yang hanya melakukan pembinaan selama sesi formal yang dijadwalkan. Setiap pemimpin yang baik dapat membantu membimbing bawahannya bahkan melalui percakapan informal di kantor hingga rapat strategis. Dengan demikian, pembinaan seolah-olah menjadi bagian dari interaksi sehari-hari, bukan hanya tugas tambahan yang harus dilakukan.
Jika ada peluang untuk benar-benar melihat perubahan budaya dalam organisasi, maka pembinaan harus menjadi bagian dari DNA perusahaan. Untuk mewujudkan hal ini, sangat diperlukan dukungan sistem, komitmen manajemen, dan penerapan yang konsisten. Hanya dengan demikian, program ini dapat menjadi kekuatan yang mendorong perubahan yang berkelanjutan dan pertumbuhan organisasi.
Anda dapat membaca lebih lanjut keseluruhan disini.
Kunjungi website kami:
salesuniversity.id
pastiprestasi.com