The Drama Triangle

Kamu sering mengalami masalah dan tantangan?

Kemudian dalam tantangan tersebut ada drama permasalahan yang terjadi?

Simak pembagian dramanya!

Ketika dua orang sedang mengalami sebuah tantangan atau masalah, umum terjadi dan tanpa disadari, mereka terperangkap dalam putaran pola-pola perilaku secara terus menerus. Mereka fokus kepada ‘drama’ ketimbang memikirkan solusinya. Disini perlu paham bagaimana agar tidak terjebak dalam drama tersebut.

Ini adalah sebuah model interaksi yang disebut The Drama Triangle, atau Segitiga Drama. Model ini dikembangkan oleh Stephen Karpman yang kemudian dilanjutkan oleh Claude Steiner yang menerapkannya dalam teori hubungan antar manusia yang disebut Transactional Analysis, oleh Eric Berne.

Kenapa disebut Segitiga Drama?

 

Karena model interaksinya seperti segitiga. The Drama Triangle ini terjadi di berbagai bentuk konflik antar manusia, salah satunya adalah kurangnya pengendalian diri. Contoh didalam konteks kehidupan adalah antara orang tua dan anak, suami dan istri, kakak dan adik, dua orang sahabat, kehidupan bertetangga, dll. Didalam konteks profesional contohnya hubungan antara atasan dan bawahan, rekan sejawat, penjual dan pembeli, perusahaan dan masyarakat sekitar, dll.

Model Segitiga Drama menjabarkan ketika dua orang yang menghadapi sebuah tantangan atau masalah hanya fokus pada masalah dan emosi negatifnya dan tidak paham cara pengendalian diri,  mereka tanpa sadar memerankan dua dari tiga peran sbb :

  • Victim

Salah satunya akan memposisikan dirinya sebagai “korban”. Dalam model Transactional Analysis, peran ini adalah sebagai child. Dia adalah sebagai pihak yang lemah, tak berdaya, sebagai sasaran yang disalahkan, dan tidak mampu membela dirinya.

  • Rescuer

Dalam model Transactional Analysis, peran ini adalah sebagai parent yang baik. Dia adalah “penolong” si “korban”. Dia berusaha memperbaiki situasi tapi fokusnya hanya jangka pendek, sekedar memperbaiki suasana yang memanas. Namun demikian dalam hatinya dia bisa merasa dimanfatkan.

  • Persecutor

Persecutor akan berperan sebagai “algojo”. Dalam model Transactional Analysis, peran ini disebut parent yang galak. Persecutor menjadi bagian yang pemarah, suka menyalahkan peran Victim. Dia juga yang mengkritisi peran Rescuer. Persecutor adalah peran yang paling pandai mencari-cari kelemahan dan kesalahan pihak lainnya, tanpa pernah memberikan solusi.

Menariknya adalah kedua orang yang sedang konflik tersebut bisa saja berganti-ganti peran. Ini diilustrasikan sebagai panah dua arah di gambar segitiga di atas.

Nah mungkin konflik yang terjadi di sekitar kita bisa juga karena kurangnya pengendalian diri. Apa yang jadi Victim, Persecutor, dan Rescuer? Tanpa kita sadari, mungkin kita juga terperangkap dalam drama tersebut. Yuk simak penjelasan lebih lanjut,  Klik disini.

 

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Let’s Schedule Time to Talk.

Segera dapatkan solusi dengan menjadwalkan pertemuan virtual dengan tim expert kami!

Company Profile

"*" indicates required fields

COPYRIGHT @2020 – PT. KORPORA TRAININDO CONSULTANT, ALL RIGHTS RESERVED