Para pembaca masih mengingat artikel saya tentang HARGAMU MAHAL ? Bila tidak ingat dan belum baca maka saya rekomendasikan dibaca dahulu agar lebih memahami apa yang mau saya sampaikan.
Banyak saya mendapat keluhan dari perusahaan-perusahaan yang mau bekerjasama dengan saya untuk mengajar team mereka untuk training sales dan training negosiasi bahwa team mereka cenderung menyalahkan kondisi tertentu bila mereka tidak dapat berjualan. Ada saja yang mereka salahkan dan itu membuat team penjualan selalu punya alasan bila mereka gagal jualan. Dan biasanya faktor yang sering dijadikan alasan adalah harga barang yang dijual terlalu mahal. Itu-itu saja salah satu faktor yang menjadikan kenapa mereka tidak bisa jualan.
Satu hal yang saya mau membuka kesadaran para sales saat training sales (pelatihan penjualan) & training negotiation (pelatihan negosiasi) bahwa bila semua berkaitan harga saja maka tidak lagi dibutuhkan seorang penjual. Apalagi didunia online sekarang ini. Cukup berikan harga dan tampilkan di toko online maka orang-orang bisa transaksi tanpa memerlukan kehadiran anda. Sales dibutuhkan bila anda memberikan penjelasan atau bertanya kebutuhan mereka sehingga terjadi transaksi.
Saya pernah mengalami ketika melihat pameran tertentu baik pameran mobil, komputer, dan lain sebagainya belum apa-apa salesnya nyamperin lalu dia langsung bicara “Ada diskon Pak” , astaga, ini teknik jualan apa kok langsung menyebut diskon. Masih untung bila mereka tidak pakai jurus minta tolong pak sudah mau akhir bulan belum closing nih. Yang sering saya sebut jurus partai kaipang. Alias partai pengemis bila anda pernah nonton film kungfu. Hehehe.
Ketika dahulu saya masih menjadi praktisi Sales dan tidak terjadi penjualan maka pilihan saya hanya 2 yaitu:
Menyalahkan faktor external, seperti : trend market, harga, customernya tidak ada budget, kompetitor harga lebih murah dan lain sebagainya.
Bertanggung jawab 100 persen, mencari tahu apa yang harus dilakukan agar terjadi perubahan.
Saya sadar sekali bahwa bila menyalahkan kondisi maka saya tidak akan pernah mendapatkan prestasi atau minimal membawa komisi untuk keluarga saya.
Dalam dunia psikologi ada istilah yang namanya Locus Control. Apa itu locus control?
Stanford psychologist, Philip Zimbardo mengatakan:
Locus Control adalah sebuah belief ( keyakinan ) bahwa hasil akhir dari tindakan kita berdasarkan apa yang kita lakukan ( internal control ) atau berdasarkan kejadian diluar personal kontrol kita ( external control )
Dari keterangan diatas maksudnya adalah ada orang yang ketika ada kejadian tertentu yang bisa positif maupun negatif maka cenderung bertanggungjawab 100 persen atas seluruh kejadian tersebut (internal control) atau cenderung menyalahkan situasi. Dan sales yang sukses adalah yang locus controlnya internal. Bila sales cenderung external maka dia selalu menyalahkan situasi terus. Anda sebagai atasan tentu dalam situasi yang tidak nyaman bila salesnya terus saja menyalahkan orang lain.
Saya ingat sekali waktu disebuah training sales ( pelatihan penjualan ) yang saya adakan, saya sering menanyakan pernahkah gagal jualan? Dan penyebabnya apa? Ketika saya tanyakan tersebut dan mereka sebagian besar menyalahkan situasi. Dan hanya kurang dari 10 persen yang bertanggungjawab 100 persen. Menariknya yang saya temukan ketika berbicara dengan orang dari Learning center, mereka pernah mengatakan orang yang menyalahkan itu adalah rata-rata orang yang kinerjanya jelek. Sedangkan orang yang bertanggungjawab 100 persen biasanya adalah orang yang prestasi diperusahaannya. Yes, karena orang-orang yang Locus Control nya internal dan juga bila dia goal getter maka dia akan mencari cara agar berhasil. Istilahnya tidak ada waktu untuk menyerah.
Dalam training sales ( pelatihan penjualan ) yang saya adakan, saya mengajak peserta mulai berpikir bila mau menjadi seorang penjual yang luar biasa maka rubah sikap dan tindakan kita. Saya mengajak untuk melakukan reframing atau mind shift setiap kejadian burik yang terjadi sehingga lebih berdaya dan memikirkan cara apa yang tepat untuk berhasil. Attitude anda menentukan hasil apa yang anda ingin capai.
Bagaimana dengan anda?
Oleh: Antonius Arif