Selamat pagi dan apa kabar?
Ada sepasang suami istri yang menjalankan sebuah bisnis bersama di bidang jasa perencanaan keuangan. Untuk memasarkannya, mereka mendatangi target market, baik itu yang individu maupun yang organisasi.
Suatu hari mereka menemui seorang Coach dan menceritakan masalah mereka yaitu sejak 3 bulan terakhir belum berhasil mendapatkan klien ideal.
Sang istri memiliki keyakinan bahwa tiap menemui orang itu adalah peluang bisnis. Mungkin tidak closing di pertemuan pertama dan mungkin juga closing. Karena ini adalah jasa profesional dia juga meyakini musti menjalin kepercayaan dan keakraban dulu dengan prospek klien dan hal ini memang perlu waktu, namun tetap berharga untuk dilakukan.
Sang suami meyakini semua hal harus dibuat perencanaan yang matang dan pasti sejak awal. Menurutnya menemui seseeorang tanpa tujuan yang jelas dan hanya sekedar “saying hello” adalah buang-buang waktu. Tidak perlu basa basi terlalu lama, langsung saja bahas bisnis.
Nah, bisa kita bayangkan apa yang terjadi dengan aktivitas bisnis mereka tiap harinya? Ada value peluang vs kepastian, dan orientasi relationship vs task.
Ini adalah salah satu contoh situasi yang biasa terjadi bila kita menjalani bisnis dengan pasangan hidup atau rekan bisnis. Dan pasti juga akan biasa terjadi dalam situasi antara Anda sebagai atasan dengan karyawan, antara karyawan-karyawan Anda, atau bahkan antara Anda dengan atasan yang lain beda divisi.
Sukses tidaknya keberhasilan di pekerjaan satunya dipengaruhi dengan cara-cara dan berbagai keputusan yang kita dan rekan kita buat. Untuk itu keselarasan dalam visi, misi, goals, dan values dalam bekerja antara kita, pasangan, karyawan, dan kolega kita amatlah penting.
Jadi mulailah kita evaluasi apakah kita dan mereka sudah memiliki mindset yang selaras dalam bekerja? Bila belum lakukan penyelarasan, paling tidak di dalam diri kita dulu.
Ketika saya mempelajari ketrampilan coaching dan mendalaminya hingga ke level PCC, saya menemukan hal-hal menarik tentang konflik internal dan menselaraskannya. Apa bila ada “suatu bagian” dalam diri kita yang tidak selaras dengan yang lain, akan ada rasa penolakan-penolakan dalam diri kita, seolah diri kita ditarik kesana kesini, seperti terbelah dua. Hal inilah yang biasanya kinerja kita tidak maksimal.
Pada intinya, menselaraskan berbagai konflik tersebut adalah sebagai berikut:
Tempatkan posisi kita di posisi pihak yang berbeda mindset dengan kita (bisa diri sendiri, rekan kerja, karyawan, dll). Jadilah diri dia. Lalu sebagai dia, kita cari apa niat tertinggi dari mindsetnya itu. Apa yang penting dari mindset dia, mengapa itu penting, dan terus gali lagi apa pentingnya itu hingga sampai level tertinggi.
Setelah itu, kembali ke posisi diri kita dan hadirkan mindset kita sendiri. Dengan cara yang sama, kita cari apa niat tertinggi dari mindset kita itu. Apa yang penting dari mindset kita, mengapa itu penting, dan terus gali lagi apa pentingnya itu hingga sampai level tertinggi.
Lalu, selaraskan antara dua niat tertinggi ini. Caritahu bagaimana keduanya akan bisa saling menunjang dan saling melengkapi. Sadari bahwa kedua niat tertinggi itu sebetulnya adalah positif dan tidak saling bertentangan.
Bila sudah ketemu, tentukan langkah action plan selanjutnya. Mudah kan? Tentunya dalam pelatihan coaching 66 jam akan dipandu langkah-langkah melakukannya dengan LENGKAP dan FUN.
Sudah banyak para manajer perusahaan yang telah belajar coaching skill 66 jam telah membuktikan aplikasinya, bukan hanya saat melakukan coaching namun saat memimpin.
Belajar Coaching Skill 66 Jam secara LENGKAP dan FUN akan memberikan hasil perbaikan di kehidupan pribadi dan profesional kita.