Selamat pagi dan apa kabar?
Sebelum sesi coaching, seorang klien saya mengatakan bahwa dia berhasil mencapai prestasinya di pekerjaan melalui proses yang penuh perjuangan. Dia pun mengatakan bahwa untuk sukses memang perlu dijalankan dengan penuh kerja keras. Saya menggali lebih jauh apa yang dia maksud dengan “penuh perjuangan”, dia pun menjelaskan dalam prosesnya, leadernya selalu mem-followup tiap hari, menegurnya dengan keras dan tidak jarang menyindir bahkan mendendanya bila tidak menjalani komitmen. Menurutnya cara seperti itu efektif untuk dia.
Ketika kami diskusikan lebih dalam, ternyata dia mengakui bahwa sebetulnya dia tidak begitu “enjoy” dengan cara itu karena dia termotivasi oleh atasannya atas dasar “tidakenakan”, bahkan “keterpaksaan”. Ini yang biasa dinamakan “motivasi eksternal”. Dia ingin agar prosesnya lebih nyaman namun tetap dengan “kecepatan tinggi”.
Ketika saya mempelajari ketrampilan coaching dan mendalaminya hingga ke level PCC, saya menemukan hal-hal menarik tentang motivasi. Pada dasarnya ada jenis motivasi yang sifatnya sementara, dan ada juga motivasi yang sifatnya lebih permanen. Dan dalam peran kita sebagai pimpinan atau leader, kemampuan untuk menemukan dan menggunakan “hot button” yang memotivasi karyawan kita adalah ketrampilan yang sangat berguna, sehingga kita mampu menggerakkan mereka untuk berkinerja dengan lebih mudah dan nyaman.
Apakah Anda tertarik?
Nah, mari kita kembali ke cerita klien tersebut:
Selama beberapa kali sesi coaching, kami berhasil menemukan cara agar klien mengejar prestasinya dengan lebih menyenangkan dan tidak se-“painful” sebelumnya. Saya memfasilitasi dia untuk menselaraskan pentingnya mengejar prestasi terhadap values dan jati dirinya, bahkan terhadap visi dan misi hidupnya.
Dia pun melaporkan bahwa sekarang hidup dia jauh lebih menyenangkan, leadernya heran karena dia mengejar prestasinya dengan kecepatan tinggi tanpa harus terus menerus dipantau. Dia bilang arti hidup dan pekerjaannya jauh lebih “clear” karena dia telah menemukan motivasi internalnya yang bekerja dengan lebih permanen.
Saya yakin, Anda pernah melakukan sesuatu atas dasar “keterpaksaan”, atau istilah halusnya “keharusan”. Kita berhasil mengerjakannya, namun at the end of the day kita merasa letih secara mental. Bahkan, ketika apa yang menjadi “keharusan” itu sudah tidak ada, maka kita pun berhenti melakukan hal tersebut, ini adalah motivasi yang sifatnya sementara.
Di lain pihak, saya juga yakin Anda pernah melakukan sesuatu pekerjaan yang kesannya ‘gak ada capek”nya. Bersemangat terus dan fokus hingga berhasil. Ini artinya Anda bekerja berdasarkan apa yang disebut “motivasi internal”. Sifatnya lebih permanen, bahkan bila “keharusan” sudah tidak ada namun karena sudah clear dengan motivasi internal Anda, maka sifatnya akan jauh lebih permanen.
Bagaimana caranya agar kita bisa menggunakan motivasi internal karyawan untuk bekerja? Tahapannya cukup simple kok.
Pertama, Anda musti menemukan apa yang menjadi nilai-nilai penting dalam hidupnya, apa yang dia anggap penting. Anda juga perlu mengetahui citra diri dia, bahkan bila pelu visi dan misi hidup dia.
Setelah dapat, tugas Anda selanjutnya adalah mengkonekkan kesemua itu dengan pekerjaan yang dia harus lakukan. Fasilitasikan dia agar bisa melihat dengan jelas “untungnya” melakukan pekerjaan tsb dikaitkan dengan apa yang penting dalam hidup dia, citra diri dia, serta vis idan misi dia.
Rasanya rumit ya melakukannya, dan dalam program coaching 66 jam Anda akan belajar tentang hal ini dengan LENGKAP dan FUN kok.
Sudah banyak para manajer perusahaan yang telah belajar coaching skill 66 jam telah membuktikan aplikasinya, bukan hanya saat melakukan coaching namun saat memimpin.
Belajar Coaching Skill 66 Jam secara LENGKAP dan FUN akan memberikan hasil perbaikan di kehidupan pribadi dan profesional kita.