Selamat Pagi dan Apa kabar?
Pada tulisan sebelumnya kita membahas tentang membatasi diri. Apakah ini terjadi pada diri kita atau pada coachee kita.
Seringkali kita atau coachee membatasi diri karena terlalu fokus pada masalah sehingga kita “lupa” untuk melihat pada tujuan. Seolah masalah tersebut “menutupi pandangan” kita kepada outcome atau hasil yang kita ingin dapatkan.
Contohnya ketika dalam suatu percakapan coaching, coachee kita menyatakan kalimat yang membatasi dirinya seperti sbb:
- “Saya tidak sanggup untuk melakukannya.”
- “Wah, saya gak bakal mungkin menyelesaikan proyek ini dalam waktu yang sangat sempit!”
Sebagai seorang Coach, kita tentu bertugas untuk memastikan agar coachee kita bergerak semakin ke arah goalnya, bukan menjauhinya. Untuk itu, kita reframing ucapannya tsb. Metode reframing yang sering saya pakai adalah *what-if frame*. Atau dalam bahasa sederhananya: *apa yang terjadi jika* atau *seandainya*.
Ayo kita reframe kata-kata coachee di atas, menjadi:
- “Saya tidak sanggup untuk melakukannya.” *Reframing:* “Seandainya sanggup, apa yang Anda akan lakukan?”
- “Wah, saya gak bakal mungkin menyelesaikan proyek ini dalam waktu yang sangat sempit!” *Reframing:* “Seandainya Anda mungkin menyelesaikannya, apa yang akan terjadi dengan diri/karir Anda?” Lalu “Apa yang Anda lakukan?”
Lalu apakah persoalannya tiba-tiba selesai? Tentu tidak. Untuk itu coachee masih membutuhkan alternatif solusi dalam bentuk sumber daya yang dia butuhkan:
- “Apa yang Anda butuhkan / apa yang perlu ada agar Anda sanggup melakukannya / mungkin menyelesaikannya?”
- “Bagaimana Anda akan mendapatkannya?” Dst
Dengan cara-cara di atas, kita atau coachee akan lebih mungkin untuk fokus pada solusi yang dibutuhkannya.
Ingat: Selalu mengacu pada goal coachee untuk melakukan reframing.
Belajar Coaching Skill 66 Jam secara LENGKAP dan FUN akan memberikan hasil perbaikan di kehidupan pribadi dan profesional kita.