Selamat Pagi dan Apa kabar? pada artikel kali ini kita akan membahas mengenai Generalisasi dari sisi coaching. baca sampai selesai ya.
Teman-teman, pernah tidak terpikir bagaimana kita bisa tahu bahwa yang kita lihat di jalan itu adalah mobil? Walaupun bentuk, ukuran, suara klakson, dan warnanya berbeda-beda, kok kita yakin bahwa semua yang kita lihat itu adalah mobil? Lalu kenapa ada yang kita sebut bus, motor, atau truk? Kok kita bisa yakin bahwa semua itu tadi bukan termasuk mobil?
Salah satu cara otak kita memproses informasi adalah generalisasi. Generalisasi artinya adalah ketika satu atau beberapa peristiwa dianggap mewakili keseluruhan. Jadi beberapa hal disamaratakan bahwa hal-hal lain pun sama. Ini dikarenakan ketika pertama kali belajar mengenali beberapa peristiwa yang sama, otak kita mengidentifikasi ada ciri-ciri yang sama. Sehingga, ketika melihat peristiwa lain yang punya ciri-ciri yang sama, maka otak kita langsung menyimpulkan bahwa itu sama dengan peristiwa yang pertama kali dia kenali.
Oke, kalau jadi bingung, silahkan baca lagi dan cerna paragraf di atas pelan-pelan ya, hehe..
Dengan generalisasi kita bisa tahu dari sekian banyak kendaraan yang lewat itu adalah mobil, karena semua punya ciri yang sama, yaitu rodanya empat. Ketika ada kendaraan beroda tiga lewat, otak kita agak bingung, “eh, ini mobil bukan ya?” Lalu menyimpulkan, “ah mobil juga kok, karena digerakan mesin dan ada ruang di dalamnya tempat supirnya duduk,” Nah, otak kita ternyata menemukan ciri-ciri lain yang ada di seluruh mobil.
Sebetulnya proses generaliasi ini berguna. Kalau tidak ada proses ini, kita pasti kerepotan karena setiap kendaraan itu kita anggap gak ada kesamaan sama sekali sehingga kita harus memberi nama yang berbeda beda terus. Ribet kan hidup seperti itu?
Bagaikan dua sisi mata uang, ternyata generalisai juga bisa tidak berguna, bahkan membatasi hidup kita. Karena hanya dari satu atau beberapa kali peristiwa, kita bisa menganggap itu menjadi sebuah kebenaran absolut. Terutama bila peristiwa tersebut adalah yang menimbulkan emosi negatif.
Contoh, karena seorang wanita pernah dikecewakan pacarnya, dia langsung menyimpulkan semua laki-laki buaya, hehe. Semakin kuat emosi negatifnya, semakin menyamaratakanlah kita terhadap kejadian atau hal tertentu.
Gemeralisasi yang seperti ini menggunakan kata-kata seperti semua, tidak sama sekali, selalu, tiap orang, tak seorang pun, tak satu pun, dll.
Dalam konteks coaching, seorang Coach musti mampu mengidentifikasi pernyataan generalisasi coachee yang dia yakini sebagai kebenaran absolut, terutama yang tidak efektif untuk mendukungnya mencapai goal. Apabila goalnya adalah mencapai target penjualan dan dia punya keyakinan bahwa tak seorang pun tertarik dengan produknya, tentu ini tidak akan membuatnya mencapai tujuan tsb kan?
Lalu bagaimana selanjutnya? Tugas Coach adalah men-challenge pernyataannya tersebut, apakah itu adalah kebenaran absolut atau tidak. Caranya akan akan saya jabarkan di tulisan berikutnya ya.
Belajar Coaching Skill ACSTH 66 Jam secara LENGKAP dan FUN akan memberikan hasil perbaikan di kehidupan pribadi dan profesional kita.