Selamat Pagi dan Apa kabar?
Apakah Anda pernah mendengar istilah “mind reading”? Wah, sepertinya keren ya bila punya semacam kemampuan untuk bisa membaca pikiran orang lain. Sayangnya kekuatan seperti itu hanya ada di film-film fiksi superheroes.
Bagaimana kenyaannya? Apakah ada orang-orang biasa seperti saya dan Anda yang melakukan mind reading? Istilah mind reading di dunia nyata tentulah bukan tentang kekuatan super. Istilah ini terjadi dalam konteks komunikasi.
Ada dua bentuk mind reading dalam konteks komunikasi. Seseorang melakukan mind reading ketika:
- Dia mengaku tahu, tanpa bukti langsung, apa yang dipikirkan atau dirasakan orang lain. Misal:
“Atasan saya tidak pernah peduli dengan hasil pekerjaan saya.”
- Dia yakin orang lain memahami pikiran, perasaan, atau keinginannya tanpa perlu dia kasih tahu. Contoh:
“Dia seharusnya paham dong alasan saya musti mengambil keputusan ini.”
Konsekuensi ketika melakukan mind reading, seseorang bisa salah paham dan dia akan mengambil tindakan yang keliru dan bisa memperparah keadaan.
Ketika kita mengidentifikasi coachee melakukan mind reading, kita musti membantunya untuk mengklarifikasi pola pikirannya itu.
Cara melakukan klarifikasinya bagaimana?
Gunakan pola pertanyaan pembuka sbb: “Bagaimana [Subyek] tahu …?”
Contoh klarifikasi untuk mind reading di atas jadinya seperti ini:
- “Atasan saya tidak pernah peduli dengan hasil pekerjaan saya.” Pertanyaan klarifikasi: “Bagaimana Anda tahu bahwa atasan Anda tidak peduli dengan hasil pekerjaan Anda?”
- “Dia seharusnya paham dong alasan saya musti mengambil keputusan ini.” Pertanyaan klarifikasi: “Bagaimana dia tahu alasan Anda untuk mengambil keputusan ini?”
Coaching bicara tentang membuka potensi diri, dan terkadang hal ini dilakukan dengan men-challenge proses berpikir coachee sehingga mendapatkan kesadaran baru yang lebih memberdayakan dirinya.
Belajar Coaching Skill 66 Jam secara LENGKAP dan FUN akan memberikan hasil perbaikan di kehidupan pribadi dan profesional kita.